Turut berduka cita atas peristiwa ambruknya mushola di pondok pesantren Al ghoziny buduran Sidoarjo

  • Berikut adalah rangkuman dan analisis terkini terkait **runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny** yang terjadi pada hari Senin, 29 September 2025 — beserta data sumber yang bisa diverifikasi:

## Kronologi Kejadian

* Peristiwa terjadi pada Senin, 29 September 2025, sekitar **pukul 15.30–15.35 WIB** saat para santri sedang melaksanakan Salat Ashar berjamaah di musala (mushala) yang berada di dalam kompleks Pondok Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. ([Suara Surabaya][1])

* Bangunan yang runtuh adalah **musala tiga lantai** yang sedang dalam tahap pembangunan atau perluasan. ([TIMES Indonesia][2])

* Menurut keterangan dari Basarnas dan sumber berita lainnya, runtuhnya diawali dari lantai atas (proses pengecoran) yang kemudian merambat ke lantai dasar. Diduga fondasi bangunan tidak cukup kuat menahan beban tambahan dari lantai atas. ([detiknews][3])

* Seorang santri bernama Wahid (kelas 7 MTs) mengatakan bahwa sebelum runtuh, bangunan tersebut sempat bergoyang dan muncul suara gemuruh seperti gempa kecil. ([detiknews][3])

* Ketua RT setempat, Munir, menyebut bahwa kejadian bermula sesaat setelah Salat Ashar dan ada getaran serta suara keras sebelum struktur bangunan ambruk. ([detikcom][4])

* Pihak pondok menyatakan bahwa mereka belum memiliki data pasti jumlah santri yang berada dalam bangunan saat runtuh atau jumlah total korban awalnya. ([detikcom][4]

## Korban & Dampak

* Berdasarkan data per malam itu, **87 orang menjadi korban** (korban luka + satu meninggal) dari kejadian runtuhnya musala. ([Suara Surabaya][1])

* Rincian rawat inap di beberapa rumah sakit:

  * **RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo**: 38 korban (gabungan antara rawat jalan, opname, operasi, observasi) ([Suara Surabaya][1])

  * **RS Delta Surya**: 4 korban ([Suara Surabaya][1])

  * **RSI Siti Hajar Sidoarjo**: 45 korban (termasuk korban yang menyatakan satu orang meninggal dunia) ([Suara Surabaya][1])

* Korban yang meninggal adalah seorang santri bernama **Alfian Ibrahim (11 tahun)** asal Bangkalan, Madura, yang dirawat di RSI Siti Hajar. ([detikcom][5])

* Beberapa korban mengalami cedera serius, termasuk amputasi lengan pada salah satu santri bernama Nur Ahmad. ([Suara Surabaya][1])

* Dari Surabaya, tercatat **25 santri asal Surabaya** menjadi korban dalam insiden tersebut, dengan satu orang di antaranya meninggal dunia. ([Suara Surabaya][6]

## Penanganan dan Respon

* Tim SAR gabungan, kepolisian, BPBD Sidoarjo, Basarnas Surabaya, relawan, serta tenaga medis dikerahkan untuk melakukan evakuasi, pencarian korban yang masih tertimbun, dan pembukaan akses reruntuhan. ([CNN Indonesia][7])

* Alat berat digunakan untuk membantu membuka reruntuhan bangunan agar proses evakuasi dapat berjalan lebih cepat dan aman. ([Suara Surabaya][8])

* Kementerian Agama (Kemenag), pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten menanggapi dengan menyampaikan belasungkawa, dan menyatakan bahwa biaya pengobatan korban akan ditanggung oleh pemerintah. ([Suara Surabaya][1])

* Gubernur Jawa Timur Khofifah juga meninjau langsung lokasi kejadian. ([Suara Surabaya][1])

* Pondok sendiri menyebut bahwa saat kejadian mereka belum bisa memastikan jumlah santri yang berada dalam ruang musala serta kondisi pasti struktur bangunan pada saat runtuh. ([detikcom][4])

## Analisis & Faktor Penyebab (Sementara)

Berdasarkan laporan-laporan awal dan keterangan dari pihak berwenang:

1. **Faktor struktur dan fondasi**

   Diduga pondasi bangunan tidak kuat atau tidak dirancang untuk menahan beban dari lantai tambahan yang sedang dikerjakan (proses pengecoran) sehingga terjadi kegagalan struktur dari atas ke bawah. ([detiknews][3])

2. **Pembangunan yang masih dalam tahap pekerjaan**

   Karena bangunan belum selesai dan tengah diperluas atau diperbaiki, bagian atas masih dalam pekerjaan pengecoran, ini menambah beban sementara yang bisa menjadi pemicu runtuh apabila struktur penguat belum memadai. ([TIMES Indonesia][2])

3. **Pengawasan teknis dan izin**

   Beberapa laporan menyebut bahwa permohonan izin pengecoran telah diajukan, namun belum jelas sejauh mana pengawasannya dan kepatuhan terhadap standar struktur bangunan. ([TIMES Indonesia][2])

4. **Getaran atau beban dinamis**

   Kesaksian dari santri yang menyebut bangunan “bergoyang” mengindikasikan adanya beban dinamis atau getaran sebelum runtuh, yang bisa mempercepat kegagalan struktur. ([detikcom][4])

## Catatan, Tantangan & Hal yang Masih Belum Terungkap

* Sampai saat ini belum ada **data final resmi** dari Badan Penanggulangan Bencana ataupun lembaga teknik independen yang merinci jumlah total korban, penyebab teknis persisnya (cek perencanaan, mutu bahan, pengawasan konstruksi).

* Ada ketidaksesuaian angka di berbagai sumber: beberapa menyebut 83 korban, beberapa 87 korban. ([detikcom][5])

* Belum ada pernyataan resmi lengkap dari otoritas teknik bangunan atau Dinas Pekerjaan Umum mengenai audit struktur bangunan pondok setelah kejadian.

* Korban yang masih tertimbun atau belum ditemukan menjadi kekhawatiran besar selama proses evakuasi di tengah reruntuhan yang belum stabil.

 

---

 

## Kesimpulan

 

Kejadian ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny pada Senin (29/9/2025) adalah tragedi yang melibatkan korban jiwa dan luka cukup besar. Berdasarkan informasi awal:

 

* Bangunan tiga lantai yang sedang dalam tahap pengerjaan runtuh saat para santri melaksanakan Salat Ashar.

* Diduga penyebab utama adalah **struktur dan fondasi yang tidak memadai** untuk menopang beban tambahan dari lantai atas serta keadaan konstruksi yang belum selesai.

* Proses evakuasi masih berlangsung, dengan keterlibatan berbagai instansi dan penggunaan alat berat.

* Pemerintah telah menyatakan dukungan dan akan menanggung biaya pengobatan korban.

* Namun, masih diperlukan investigasi teknis menyeluruh untuk memastikan penyebab pasti dan pertanggungjawaban, terutama dari segi perencanaan, pengawasan konstruksi, dan penerapan regulasi bangunan."

Tags :  

Komentar